PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

 

Mencegah lebih baik daripada mengobati!
Bahaya narkoba senantiasa mengancam keluarga, khususnya anak-anak remaja yang sedang berusaha menemukan jatidiri mereka. Pendidikan dan asuhan keluarga serasa tidak cukup untuk membentengi mereka dari pergaulan. Seperti orang bijak berkata, "pergaulan yang tidak baik bisa merusak kebiasaan yang baik". Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman dan pengetahuan saya sebagai ex-pecandu narkoba dan juga setelah mengalami pemulihan, saya diberi kesempatan untuk melayani sebagai pembimbing rohani dan mental di panti rehabilitasi narkoba Getsemani Mulia di Pekayon, Bekasi Selatan selama 5 tahun. Narkoba selain berbahaya sebagai racun yang mematikan bagi tubuh, juga memiliki bahaya yang lain yaitu efek ketergantungan fisik dan psikis. Ibarat ikatan atau jerat sehingga membuat si korban akan sulit melepaskan diri dari pengaruh atau sugesti ketergantungan. Racun narkoba dan efek yang lain dari cara penggunaan yang dilarang (pertukaran jarum suntik) akan membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan sosialnya, termasuk keluarga dan orang-orang yang disekitarnya. Oleh karena itu seperti pepatah berkata, "lebih baik mencegah daripada mengobati" adalah tepat.
Narkoba membunuh, jauhi atau mati!
Narkoba alami maupun sintetis adalah racun bagi tubuh yang jika disalahgunakan akan mengakibatkan tubuh keracunan dan akhirnya mati. yang ditakutkan disini adalah penyalahgunaannya karena kita tidak pernah tahu dosis yang dibutuhkan tubuh sehingga kita mengenal istilah "over dosis" yang artinya kelebihan dosis dan mengakibatkan keracunan  sehingga dampak terburuknya adalah kematian. Karena sifatnya seperti jerat dan mengikat (ketergantungan / kecanduan) maka tidak ada jalan lain yaitu jangan pernah melewatinya apa lagi mencobanya. Karena resikonya adalah kematian. Jauhi barang haram itu!!!




Fenomena gunung es kecanduan narkoba
Saya lahir di Ambon, ibu kota propinsi Maluku dan besar di sana sampai SMP kelas 3. Saya dibesarkan oleh kakek, nenek dan ibu. Ayah dan ibu saya sudah lama bercerai bahkan jauh sebelum saya lahir. Ibu saya bekerja sebagai pegawai bank dan kakek saya mantan pelaut. Kakek sangat suka merokok, ngopi dan minuman beralkohol. Ketiga hal tersebut bagi kakek saya merupakan hobby dan tidak bisa dilepaskan. Menurut beliau itu adalah kenikmatan hidupnya. Kesukaannya terhadap hal-hal tersebut tidak bisa saya katakan beliau sebagai pecandu tetapi ada sebuah ikatan yang terlihat dari gaya hidup kakek saya itu. Sejak SD saya sudah diperkenalkan oleh kakek saya berkaitan dengan kebiasaan buruk beliau. saya suka menghabiskan sisa-sisa rokok, kopi dan alkohol beliau dan tidak pernah dimarahi, sehingga saya anggap itu hal biasa. Saat SMP, saya mulai bergaul dengan teman-teman dan budaya merokok dan alkohol sudah menjadi hal yang biasa di kota kelahiran saya. Nongkrong sampai jauh malam bahkan sampai pagi saat malam minggu pasti disertai minuman alkohol dan merokok. Hal tersebut berlangsung sampai saya lulus SMP dan tidak pernah dilarang oleh kakek maupun ibu saya. Hal ini ternyata menjadi gerbang masuk narkoba yang lebih lagi sehingga membuat saya terjerumus dan terikat lebih dalam lagi. Menurut saya, hal-hal inilah yang menjadi faktor-faktor keterikatan saya dengan narkoba seperti fenomena gunung es. Akar dari segala masalah yaitu: perceraian orang tua, sikap permisif orang tua terhadap kebiasaan buruk (orang tua perokok tidak menegur atau mengijinkan anaknya merokok), lingkungan dan pergaulan, kurangnya informasi, ketidak tegasan, dan masih banyak lagi yang harus diselidiki sebagai akar permasalahannya.

Apakah Narkoba itu?
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat-obatan yang dilarang penggunaannya oleh undang-undang narkotika. Ada info berbagai jenis narkoba bisa saudara dapat dari sumber yang tepat dan terupdate dari BNN http://dedihumas.bnn.go.id/archives/section/informasi-narkoba

Akibat fatal karena penyalahgunaan narkoba?
Menyalahgunakan narkoba biasanya diawali oleh ajakan teman. Jarang sekali seseorang memulainya sendiri, biasanya dengan bantuan teman. Oleh karena itu, sebagai sahabat alangkah baiknya kita jangan menjadi orang pertama yang memperkenalkan narkoba kepada sahabat kita. Jika kita melakukannya maka kita adalah seterunya atau musuh dan bukan sahabat. Seorang sahabat pasti mau menjadi dan memberikan yang terbaik bagi sahabatnya. Over dosis merupakan kecelakaan yang sangat fatal dan bisa mengakibatkan keracunan bahkan sampai si pemakai meninggal dunia dikarenakan takaran yang berlebihan dan tidak bisa diterima oleh tubuh. Jika si pemakai lolos maka dia akan terus mengulanginya bahkan tanpa bantuan, sehingga akan masuk dalam tahap kedua yaitu jerat keterikatan narkoba.


Narkoba seperti jerat
Tidak mudah bagi seseorang untuk berhenti dari kecanduannya. Mereka yang mencoba berhenti akan dihadang oleh sakitnya gejala putus zat atau sakau. Penderitaan inilah yang membuat si pecandu takut untuk berhenti karena melewati masa sakau itu (kl. seminggu jika pasang badan). Ketakutan ditambah dengan sugesti atau rasa kangen secara psikis dan fisik (pengen high/mabok), membuat si pecandu akan terus berputar-putar di dalam lingkaran setan ini sehingga tanpa dia sadari, dia sudah menghabiskan waktunya untuk fokus dengan gaya hidup aneh ini. Setiap hari hanya yang dipikirkan bagaimana mendapatkan narkoba untuk menghilangkan sakaunya.

Yang terbaik dari hidupku hilang
Saat saya SMA, saya dibawa kepada gaya hidup bebas di Surabaya. "High" dengan teman-teman di kost, diskotik, bar/cafe, night club, dll merupakan tempat yang mudah untuk mendapatkan narkoba dan akohol sampai kehidupan free sex. Judi, kebiasaan berhutang, dll mewarnai hidup saya yang saat itu masih SMA. Sebagai hasilnya, saya menghabiskan 4 tahun SMA dengan 3 kali tidak naik kelas. Saya sampai pindah kota 3 kali, Malang, Surabaya dan Jakarta hanya untuk bisa bertahan dan menyelesaikan sekolah. Saat itu biaya sekolah habis puluhan juta untuk saya bisa mempersingkat waktu sekolah. Saat saya masuk kuliah, saya melanjutkan di salah satu kampus wilayah Jakarta Selatan. Di kampus itulah saya mulai mengenal teman-teman yang seperti dulu lagi dan mengajak untuk lebih lagi terjerumus narkoba bahkan sampai mengedarkannya. Secara pribadi saya sangat menikmati dan mulai fokus sehingga akhirnya memilih untuk cuti kuliah setelah semester kedua. Saya menjadi pengedar dan sekaligus pemakai dan mulai masuk ke tempat-tempat hiburan malam dan mengedarkannya. Seperti orang bijak berkata "kita akan menuai apa yang kita tabur", maka saya mulai menerima konsekuensi perbuatn saya. Sempat beberapa kali di grebek polisi, dicelakai teman-teman yang iri, bahkan sampai menjadi target operasi dari berbagai kota. Bahkan beberapa intel polisi dikirim untuk menjebak dan menangkap. Tetapi syukurlah, tidak ada ayang berhasil karena semua diloloskan oleh Yang Maha Kuasa. Beberapa teman tertangkap tetapi saya lolos.

Dampak narkoba?
Sampai saat ini karena keajaiban Tuhan, saya sempat mengalami paranoid bahkan hampir gila, tetapi akhirnya bisa sembuh karena anugerah-Nya. Beberapa teman yang secara mental drop dan akhirnya stress/gila. Beberapa mati karena keracunan akibat over dosis. Beberapa terinfeksi HIV dan kemudian Aids, ada yang meninggal dan ada juga yang bertobat dan hidup sampai sekarang walaupun memiliki HIV dalam darahnya. Adapula yang meninggal karena penyakit yang lain seperti hep. C, pengerasan hati / sirosis akibat alkohol. Ada juga yang keracunan alkohol dan akhirnya meninggal. Ada juga yang orang tuanya meninggal karena tidak tahan menerima kenyataan anaknya narkoba bertahun-tahun. Hanya sedikit yang benar-benar pulih karena iman dan taqwa kepada Yang Maha Kuasa.

Tahun-tahun pembelajaran
Ini adalah foto saya bersama teman-teman. cuma ini yang bisa disimpan dan menjadi kenangan tahun-tahun pembelajaran. Saya berumur 21 tahun saat itu dan anak saya yang pertama berusia 6 bulan. Setelah mengalami masa-masa sulit, saya akhirnya mendapat pencerahan dari Yang Maha Kuasa. Akibat dari paranoid dan ketakutan dikejar-kejar pihak berwajib membuat saya mencari Tuhan. Setiap siang saya tidur dan dijagain oleh pacar saya (sekarang istri saya), dan setiap malam saya terjaga dan pacar saya tidur. Setiap malam saya paranoid, takut sewaktu-waktu ditangkap. Saya mulai berdoa menurut keyakinan saya Nasrani. Saya baca kitab suci sepanjang malam sampai akhirnya saya mendapatkan pencerahan. Saya mulai mengerti bahwa Yang Maha Kuasa tidak suka dengan apa yang saya jalani. Semua yang saya jalani adalah haram dan najis, saya harus bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Selangkah demi selangkah saya mulai mentaati-Nya dan kembali ke jalan-Nya. Ada terang yang menuntun saya kembali dan memperoleh kekuatan untuk berkata tidak kepada narkoba.



Mengapa bisa kena narkoba?
Saya mendengar seorang pemimpin (ketua BNK) di negara ini berkata tentang mengapa bisa terjerat narkoba?
Beliau menyampaikan dalam pesan-pesannya bahwa yang kita harus perhatikan adalah "iman dan taqwa, keharmonisan keluarga dan lingkungan adalah benteng terkuat dalam menghadapi bahaya narkoba". Saya sangat setuju dengan beliau karena saya mengerti bahwa faktor-faktor inilah yang benar-benar harus diperhatikan dalam sebuah keluarga.

Membangun iman anak-anak dari usia dini sangatlah baik. Mengajari mereka menghargai Tuhan dan percaya akan semua kebenaran-Nya dan larangan-Nya. Semua agama mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik selama hidup dan nikmati berkat dari kehidupan yang baik itu. Buat anak-anak kita mengerti bahwa hidupnya adalah the temple of God, dimana Tuhan hadir disitu dan memberkahinya. Tuhan sanggup memberikan ketenangan dan terang kepada kita sehingga kegelapan tidak menguasai kita. Berdoa dan mebaca kitab suci setiap hari membuat kita mengerti betapa baiknya pencipta kita dan menginginkan hari depan kita yang cerah dan berhasil.

Suatu ketika teman saya bercerita tentang kehidupan kampusnya yang bebas. Dia berkata bahwa jika sampai hari ini dia masih bersih dari narkoba dikarenakan "dia rela bergaul dengan teman-temannya yang kurang gaul". Dia berkata teman-teman yang kurang gaul itu bagaikan tembok yang menjaga dia dari kehidupan bebas di kampus. Demikian juga jika kita bergaul dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, maka Tuhan YME akan menjadi benteng terkuat yang akan menjaga kehidupan kita dari barang-barang haram tersebut

Kedamaian hati merupakan dambaan setiap insan. anak-anak yang terkena narkoba memiliki akar kepahitan atau kebencian dikarenakan mereka terluka setiap hari. Jika orang luar yang melukai mereka masih bisa mereka maklumi dan lupakan. Tetapi jika yang melukai mereka adalah orang yang mereka sayangi dan andalkan, maka hal itu terasa menyakitkan. Orang tua adalah pribadi yang paling disayangi oleh anak-anak namun jika orang tua berperilaku salah maka akan membuat kebalikan yaitu kebencian. Seorang bijak pernah berkata, "hai ayah-ayah, jika engkau marah janganlah sampai menimbulkan syak dalam hati anak-anakmu". Anak-anak memang perlu dididik, tetapi harus dengan sebuah kejelasan dan ketegasan. Anak-anak akan sangat menghormati orang tua jika orang tua menjadi teladan bagi mereka. Orang tua adalah figur yang pertama dalam hidup mereka. Jika orang tua menjadi contoh secara ibadah dan adil dalam mendidik, penyayang, bahkan sebagai pelindung yang diharapkan oleh anak-anak, maka orang tua tersebut telah memenuhi kebutuhan batin anak-anak mereka akan kasih sayang dan perlindungan. Jika orang tua masih merokok, suka pulang malam tidak jelas, menyakiti istri/ibu anak-anak, selalu ingkar janji dan tidak pernah memiliki integritas diri yang jelas yaitu omongan dan tindakan berbeda, hal ini akan membuat anak terluka dan memberontak. Narkoba akan menjadi salah satu pelariannya sebagai bentuk protes

ada baiknya sebagai anak dan orang tua kita saksikan video ini ... saling menghargai dan mau berkorban.

Orangtua harus membantu anak menemukan jatidirinya. Jatidiri harus dimulai dari iman dan taqwa. Salah satunya adalah, anak harus mengerti bahwa semua manusia diciptakan bukan untuk disia-siakan. Segala sesuatu di dunia ini diciptakan dengan sebuah tujuan supaya berharga dan berguna. Bahkan paku kecil ditembok saja punya tujuan dan kegunaan yaitu sebagi tempat menggantung pigura photo. Anak-anak mulai diajari menghargai hidupnya dan percayalah bahwa dia akan berguna bagi dirinya, keluarganya, bangsanya dan yang terlebih penting bagi yang mencipta-Nya. Kehidupanya akan menjadi sebuah contoh keberhasilan bagi orang lain. Jika dia berhasil, maka akan menginspirasi orang lain untuk belajar menhargai Tuhan dan kehidupannya, yaitu bahwa hidup ini bukan seperti bunga rumput, sekarang ada terus besok hilang ditiup angin. Dunia ini membutuhkan orang-orang baik, dan dia adalah salah satu agen kebaikan untuk orang lain. Jangan pernah mencap dia jelek, karena semua yang diciptakan Tuhan sempurna dan tidak ada kesalahan.
Sebuah cerita tentang anak Rajawali yang lahir di kandang ayam karena seorang petani menemukan tlur rajawali dan meletakkannya di kandang ayam. Bayangkan rajawali tersebut menyangka dirinya ayam karena dibesarkan oleh induk ayam. Siapakah yang akan memberitahukan bahwa dia adalah rajawali? rajawali itu makan dan bermain seperti ayam, bahkan memiliki mental ayam sampai akhirnya mati seperti seekor ayam. Tidak ada yang memberitahukannya bahwa dia punya potensi yang berbeda. Sadarilah potensi yang ada pada diri kita sekarang! jangan biarkan semua itu mati dan terbuang sia-sia. Hidupmu ditentukan oleh dirimu sendiri, jika engkau berpikir demikian maka itulah dirimu. Kamu ganteng dan cantik, jangan biarkan narkoba merenggut yang terbaik dalam hidupmu!!!

Jadilah anak yang berpikir positif, sehingga dapat mensyukuri semua yang diberikan Tuhan kepadanya. Jika tidak, maka akan menyesal dikemudian hari ...
Lembaran hitam atau masa depan cerah? itu Pilihan!!
drug free family
Sejak lahirnya anak saya, saya berjanji tidak akan memakai narkoba ataupun merokok lagi. saya mau memiliki kehidupan yang bahagia dengan istri dan anak-anak saya. Siapa yang suka lembaran hitam?, siapa yang mau kehidupan suram? orang gila pun pengen sembuh dan punya masa depan yang baik. Jika engkau waras, jangan pernah gunakan narkoba. Itu akan merusak semua kehidupanmu dan merenggut masa depanmu. Belajar sungguh-sungguh, kerja sungguh-sungguh. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian ..berjuang untuk hIdup yang indah ini supaya kamu menikmati semua yang sudah kau korbankan, supaya orang tuamu bangga bahkan terlebih lagi Tuhanmu dimuliakan atas hidupmu.

Janji Indonesia BENAR (BEbas dari NARkoba), Indonesia BERSINAR (BERsih dari NARkoba)
Serukan yang keras dengan mulutmu dari  hatimu janji ini. Biarkan dan ijinkan pengalaman yang baik dari orang lain menuntun engkau ke jalan yang benar dan merdeka dari semua tipu daya narkoba. JIka saat ini engkau terjerumus dan terikat, ayo bangkit dan pertahankan yang masih menyala. Jangan biarkan pelita hidupmu padam. Selama nafas masih ada, maka masih ada kesempatan untuk kembali. Tidak pernah ada kata terlambat karena Tuhan Yang Maha Kuasa itu hidup dan akan memberikan hidayah, pencerahan kekuatan bahkan keajaiban bagi mereka yang tulus meminta kepada-Nya.

Kisah Nyata Pengidap HIV/AIDS

Pada tahun 1983, kota Tarutung, Sumatera Utara dibuat heboh oleh seorang anak balita bernama Kaleb Otniel Hutahaean yang dapat menyembuhkan orang sakit hanya dengan berdoa. Dalam waktu singkat namanya menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, dan undangan berkotbah untuk Kaleb pun mulai membanjir.
"Orang otomatis mulai mengenal nama saya, dalam satu bulan bisa kurang lebih dua puluh harian di luar rumah," jelas Kaleb.

Diusianya yang baru tiga tahun, Kaleb sudah harus melayani panggilan berkotbah ke berbagai penjuru kota di Indonesia. Karena hal ini, orangtua Kaleb menitipkannya ke salah satu kerabat di Jakarta.

Sekalipun Kaleb menjadi anak ajaib yang dipakai Tuhan untuk menyembuhkan banyak orang, Kaleb tetap berprilaku seperti anak pada umumnya.

"Kalau dia habis kotbah, dia turun, dia langsung main-main seperti biasa," jelas Ibu Hutapea, ibu angkat Kaleb yang mengurusnya saat itu.

Selama sepuluh tahun lamanya, Kaleb memberitakan firman Tuhan dengan tekun dan dipakai Tuhan untuk menyembuhkan banyak orang. Namun tidak ada orang yang tahu bahwa ada sebuah pergolakan terjadi di lubuk hatinya.

"Banyak hal yang saya tidak mengerti, mengapa saya harus menjalani kehidupan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Ketika saya berdoa dan bertanya pada Tuhan, sepertinya Tuhan juga terdiam dan tidak menjawab. Akhirnya saya mencari jawaban-jawaban itu dengan cara saya sendiri."

Hingga satu titik, Kaleb sudah tidak tahan lagi dan meminta ijin pada orangtuanya untuk berhenti dari pelayanan. Orangtua Kaleb dengan penuh pengertian mengijinkannya, dan Kaleb pun akhirnya bisa menjalani kehidupan normal yang ia impikan.

Di tengah masa remajanya itu, sama seperti anak-anak lain, Kaleb pun melakukan pencarian akan jati dirinya. Namun karena salah pergaulan, ia terperosok pada perangkap narkoba.

"Saya waktu itu memiliki banyak waktu luang dan ngumpul dengan teman-teman. Otomatis ngga mungkin kita ngga ngerokok, ngisep ganja bareng-bareng itu sudah pasti. Suka ngga suka, itu sudah merupakan lambang pergaulan. Kalau ngga begitu, ya ngga punya teman. Ada perasaan bangga yang sebenarnya semu, pada akhirnya saya bisa berontak, keluar dari image anak baik-baik," demikian Kaleb mengungkapkan masa kelamnya.

Petualangan Kaleb tidak berhenti disitu, ia mulai mencoba putaw dan jarum suntik. Baginya saat itu narkoba lebih penting dari pada makan. Tapi semua itu tidak memberinya kebahagiaan, hati kecilnya berbisik dan membuatnya menyadari apa yang ia lakukan adalah salah, namun Kaleb seperti tak berkutik karena telah menjadi budak narkoba.

"Seringkali saya merasa jijik dengan diri sendiri. Di dalam diri ini menuduh, seharusnya saya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari ini. Ada keinginan untuk kembali lagi ke dalam rangkulan Tuhan, hanya pada waktu itu saya tidak tahu bagaimana caranya."

Orangtua Kaleb melihat keadaan anaknya sudah tidak terkendali lagi, untuk itu mereka mengambil langkah untuk membawa Kaleb ke panti rehabilitasi.

"Saat di panti rehabilitasi itulah saya ketemu dengan salah seorang mentor baru dimana kami banyak berbincang-bincang dan berdiskusi. Ada suatu kesan dia itu seperti sahabat, dan banyak menasihati saya dari kebenaran firman Tuhan."

Persahabatannya dengan sang mentor membawa Kaleb kepada sebuah wawasan baru ketika suatu saat ia mencobai sang mentor.

"Saat itu saya di ruang isolasi, saya minta rokok sama dia."

Sang mentor saat itu berkata, "Ini yang pertama kali dan yang terakhir kali, saya tidak akan pernah lagi beli." Namun justru peristiwa itu mengubah Kaleb.

"Justru peristiwa ketika dia kasih rokok sama saya membuat saya merasa, "Ini dia sebenarnya yang saya cari. Ketulusan yang seperti ini. Orang yang ngga menggurui dan sungguh mengerti kondisi saya." Dari situ saya memutuskan untuk berhenti merokok, saya berhenti narkoba dari free sex, karena saya sudah menemukan hati Bapa ketika saya bergaul dengan mentor saya, Rodelio," kenang Kaleb.

Sembuh dari kecanduannya akan narkoba, Kaleb pun memutuskan untuk mencari kehidupan yang baru di sebuah komunitas. Dikomunitas itulah, Kaleb memutuskan untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Empat tahun ia jalani dalam keadaan bebas dari keterikatan pada narkoba dan seks bebas serta memberikan hidupnya untuk melayani masyarakat pra sejahtera bersama teman-temannya di komunitas itu, namun sesuatu yang tidak pernah ia duga terjadi.

"Didapati  paru-paru kanan saya bolong besar, paru-paru kiri saya bolong kecil-kecil." Dokter (Prof. Zubairi, Rs. Kramat 128) yang menangani Kaleb menyatakan bahwa ia mengidap TBC kelenjar, TBC paru, ada jamur ditubuhnya yang merajalela dan mengalami serangan semacam asma. Namun semua penyakit itu belumlah cukup, vonis dokter yang terakhir ini membuat seakan dunia yang ia miliki hancur.


"Saya positif HIV/AIDS.."

Kaleb bertanya-tanya, mengapa semua itu diijinkan terjadi saat ia sudah bertobat dan sudah kembali melayani Tuhan. Namun dalam kondisinya yang sudah dekat dengan maut saat itu, ia tidak menyalahkan Tuhan.

"Saya menyadari betul siapa saya. Saya sadar perbuatan saya dan saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah merencanakan sesuatu yang buruk untuk kehidupan saya."

Selama berminggu-minggu kondisi Kaleb terus menurun, bahkan untuk bernafaspun ia sulit sekalipun sudah dibantu dengan tabung oksigen. Teman-teman sepelayanan Kaleb terus berdoa dan memberikan semangat kepada Kaleb, mereka memohon kepada Tuhan agar Kaleb diberi kesempatan kedua.

Dukungan yang diberikan oleh rekan-rekannya membuat semangat hidup bagi Kaleb, "Tuhan, kalau Tuhan kasih kesempatan untuk keluar dari ruangan ini, saya akan membuat suatu pertarungan yaitu the last battle yang benar-benar dasyat dan luar biasa. Lalu saya menerima suatu rhema dari Amsal, yaitu "Seperti orang yang membuat perhituangan dengan dirinya demikianlah dia." Dari ayat itu saya renungkan, saya belajar, baru saya dapati : oh.. ternyata untuk bangkit dari sini saya harus membuat perhitungan yang benar dulu dengan diri saya. Maka dari situ saya mulai mengubah paradigma saya, tidak lagi melihat HIV ini sebagai suatu penghukuman, bukan lagi suatu kutuk, tapi saya melihat HIV ini sebagai suatu kesempatan untuk memuliakan nama Tuhan. Saya melihat ini sebagai suatu amanah, saya melihat ini sebagai suatu tugas. Justru saya melihat seluruh kondisi kehidupan saya ini sebagai suatu kesaksian hidup untuk bercerita kepada orang bahwa pengharapan itu ada."

Perubahan paradigma pada diri Kaleb membawa perubahan bagi tubuhnya, kondisinya mulai membaik. Setelah menjalani perawatan selama tiga bulan di rumah sakit, hasil cek kesehatan Kaleb menunjukkan sebuah perubahan yang luar biasa. Lobang pada paru-paru kiri dan kanannya telah tertutup semua, bahkan dokter yang melihat hasil roentgen-nya tidak percaya dengan hasil yang ada dan memerintahkan untuk memeriksa ulang.

"Terakhir dia cuma nanya sama saya, "Kamu beli nyawa berapa ratus juta?" Saya cuma tersenyum saja."

Virus HIV yang merupakan bayang-bayang kematian bagi Kaleb tiba-tiba tidak terdeteksi lagi, bahkan dokter menyatakan bahwa kesehatannya sama seperti orang yang tanpa HIV.

"Hal pertama yang timbul dalam pikiran saya saat itu adalah: ternyata pengharapan itu sungguh ada. Sesudah saya mengetahui fakta-fakta medis yang sangat memuaskan seperti itu, membuat saya semakin bergairah menjalani hidup saya."

Mengalami mukjizat kesembuhan yang luar biasa itu, membuat Kaleb memutuskan  sebuah komitmen yang baru.

"Dulu waktu saya kecil saya melayani berdasarkan kasih karunia, bukan kehendak saya. Komitmen saya kepada Tuhan setelah Tuhan percayakan kehidupan yang kedua ini pada saya, ialah saya melayani dengan hati."

Perjalanan hidupnya ketika menjalani hidup yang baru ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Masih ada godaan dari teman-temannya yang masih menggunakan narkoba, namun dengan kasih karunia Tuhan dia mampu menolak semua itu. Hatinya tidak lagi tertarik dengan semuanya itu.

"Satu alasan mengapa saya tidak kembali ke kehidupan saya yang lama adalah karena kehidupan yang saya jalani sekarang lebih baik daripada kehidupan saya yang dulu," ungkap Kaleb sambil tersenyum.


Sumber Kesaksian:

Kaleb Otniel Hutahaean
1 Desember 2013